Pada masa nabi Ibrahim, ada seorang raja Babilonia bernama Namrudz, menindas Nabi Ibrahim dan rakyat secara umum. Raja zhalim itu menyuruh semua rakyatnya menyembah patung. Dan karena kekuasaannya yang besar hingga 400 tahun, dia mengaku bisa menghidupkan dan mematikan seseorang.
Nabi Ibrahim, yang telah menerima agama tauhid, menolak untuk menyembah patung. Karena itulah Nabi Ibrahim merusak semua patung itu, kecuali satu yang terbesar.
Ketika ditanya, Nabi Ibrahim justru mengembalikan pertanyaan itu kepada patung yang besar itu. Kalau bias memeberikan manfaat bagi manusia, pasti patung besar itu dapat memberi tahu siapa yang merusak patung-patung lainnya.
Jawaban Nabi Ibrahim yang telak itu membuat raja Namrudz murka, dan menyuruh prajuritnya membunh Nabi Ibrahaim dengan cara membakarnya. Namun, atas kehendak Allah, api tidak membakar sedikit pun tuubuh Nabi Ibarahim.
Setelah itu, terjadilah dialog antara Nabi Ibrahim dan Raja Namrudz tentang ketuhanan, sebagaimana disebutkan didalam al-quran, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang (Namrudz, Raja Babilonia) yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu kekuasaan (pemerintahan). Ketika Ibrahim mengatakan ‘Tuhanku adalah yang menghidupkan dan mematikan’, orang itu berkata : ‘Aku juga dapat menhidupkan dan mematikan’. Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.’ Lalu orang kafir itu pun heran dan terdiam. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim.” (QS. Al-Baqarah (2):258).
ORANG BODOH YANG SOMBONG
Apa yang dimaksud Naamrudz bahwa “aku juga dapat menghidupkan dan mematikan” adalah, jika ia berniat akan membunuh dua orang, lalu ia menyuruh salah satu diantara keduanya dan memaafkan yang lainnya, ia menganggap, dengan demikian, ia telah menghidupkan yang satu dan mematikan yang lainnya. Tentu ini adalah argumentasi orang bodoh yang sombong.
Begitulah kehendak Allah bahwa orang zhalim seperti Raja Namrudz tidak akan diberikan petunujuk oleh Allah SWT. Ini merupakan suatu dalil bahwa, jika kita beriman kepada Allah dengan sungguh-sungguh, Allah akan memberikan petunujuk-Nya. Tetapi sebaliknya, terhadap orang zhalim (tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya), Allah tidak akan memberikan petunujuk, dan orang seperti ini justru akan mendapat petunjuk dari setan, yang lebih jauh lagi menyesatkan dirinya dari kebenaran.
Al-Sadi menyebutkan, perdebatan yang terjadi antara Ibrahin dan Namrudz itu terjadi pada hari ketika Ibrahim keluar dari api.
Namun dalam riwayat lain, Abdurrazak, dari Mu’amar, dari Zaid bin Aslam, pada waktu itu di sisi Namrudz ada banyak makanan. Rakyat diundang untuk makan-makan, termasuk Nabi Ibrahim. Sebetulnya, Nabi Ibrahim tidak pernah berhubungan dengan raja itu, dan hanya pada saat itu. Pada saat itu juga, terjadi perdebatan. Karena marah, Namrudz tidak memberikan makanan kepada Nabi Ibrahim, dan beliau keluar dengan tangan kosong.
Ketika pulang kerumah, di jalan Nabi Ibrahim mendekati gundukan pasir, lalu mengisi kedua kantung miliknya dengan pasir, seraya berkata, “Aku menyibukkan keluargaku jika aku tiba di tengah-tengah mereka.”
Ketika sampai dirumah dan bertemu dengan keluarganya, Nabi Ibrahim meletakan bawaannya, kemudian berbaring dan tidur.
Selanjutnya istrinya, Sarahm berdiri dan melihat kedua kantung yang dibawa suaminya. Ternyata keduanya berisi bahan makanan. Maka ia segera memasaknya dan menyajikannya sebagai makanan, yang enak lagi nikmat.
Setelah bangun, Nabi Ibrahim mendapati makanan yang telah tersedia. Maka beliau bertanya, “Dari mana makanan ini kalian peroleh ?” istrinya menjawab, “Dari apa yang engkau bawa tadi.”
Dengan demikian, Ibrahim mengetahui bahwa itu adalah rizqi yang dikaruniakan Allah Azza wa Jalla kepada diri dan keluarganya.
Bagaimana dengan nasib Raja Namrudz ? Zaid bin Aslam menuturkan, Allah mengirim kepada Namrudz malaikat yang menyuruhnya beriman kepada Allah, tetapi raja sombong itu menolak dengan congkak. Malaikat mengajak untuk kedua kalinya, tapi tetap saja Namrudz menolak dengan sombongnya.
Sampai akhirnya, malaikat menantangnya, “Kumpulkan semua yang dapat kamu kumpulkan, dan aku pun akan mengumpulkan bala tentaraku.”
Tantangan itu diterima oleh Namrudz, yang tidak mengetahui bahwa utusan itu adalah seorang malaikat. Dengan angkuhnya dia mengumpulkan bala tentaranya yang banyak, tepat pada saat matahari terbit.
Menurut Ibnu Katsir dalam buku Kisah para Nabi, kemudian Allah mengirimkan lalat yang tidak terlihat oleh mereka, lalu lalat-lalat itu memakan daging dan darah mereka dan hanya menyisakan tulang-belulang. Kemudian salah satu lalat itu masuk kedalam hidung Raja Namrudz dan menetap di dalamnya selama empat ratus tahun, sebagai hukuman dari Allah.
Tentu saja di gigit lalat di bagian dalam membuat hidupnya sangatlah menyakitkan. Setiap kali rasa sakit itu dating, Raja Namrudz memukuli kepalanya dengan besi, hingga ajalnya tiba. Inilah salah satu pelajaran bagi manusia, bagaimana Allah mengazdab orang yang zhalim di dunia !
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar